Newandikabm.com - Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah - Materi Aswaja Kelas XI Semester I- Aswaja atau sering dikenal dengan Ahlussunnah Waljama'ah adalah paham keagamaan dalam Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Saw, serta kesepakatan Ulama' (Ijma') yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi terkait materi Aswaja kelas XI pada tingkatan MA, yang sangat berguna untuk menamah pengetahuan tentang Ahlussunnah Waljamaah.
Materi ini kami sajikan dalam bentuk teks bacaan yang sangat mudah dipahami, dan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan seputar Aswaja. Artikel Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah adalah materi pembuka pada kelas XI Madrasah Aliah.
Sebagai gambaran umum dari artikel Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah mencakup tentang Pengertian Ahlussunnah Waljama'ah, Sejarah terbentuknya firqoh-firqoh Islam, serta Asal-usul Ahlussunnah Waljama'ah.
Berikut artikelnya.....
A. Pengertian Ahlussunnah Waljama'ah
Ahlussunnah Waljama’ah sering disingkat dengan Aswaja atau disebut juga dengan Sunni. Istilah ini populer di Indonesia. Akan tetapi, masih banyak orang yang tidak tahu, apa sebenarnya Ahlussunnah Waljama’ah itu.
Setidaknya ada dua pemahaman tentang Ahlussunnah Waljama’ah, yaitu:
1. Ahlussunnah Waljama’ah dilihat dari kacamata sejarah Islam.
Istilah ini merujuk pada munculnya wacana tandingan (counter discourse) terhadap membiaknya paham Muktazilah di dunia Islam, terutama pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah.
2. Ahlussunnah Waljama’ah populer di kalangan umat Islam jika dikaitkan dengan sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah:
Artinya: “Umat Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Tujupuluh golongan masuk neraka dan satu golongan yang masuk surga. Umat Nasrani telah terpecah menjadi tujupuluh dua golongan. Tujupuluh satu golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga. Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi tujupuluh tiga golongan. Satu golongan masuk surga dan tujupuluh dua masuk neraka. Lalu ditanyakan, "Siapakah mereka (yang masuk surga itu) wahai Rasulullah. Beliau menjawab, “Jama’ah.” (HR Abu Dawud & Ibnu Majah)
Dalam hadits lain disebutkan:
Artinya: ”Orang-orang Yahudi terpecah menjadi tujupuluh satu golongan. Orang-orang nasrani terpecah menjadi tujupuluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi tujupuluh tiga golongan. Semua masuk neraka kecuali satu. Siapakah yang selamat, Rasulullah? Ahlussunnah Waljama’ah. Siapakah ahlussunnah Waljama’ah itu? Mereka adalah yang berpegang padaku dan para sahabatku”
Lalu siapakah yang dimaksud dengan Jama’ah sebagai golongan yang oleh Nabi saw dinyatakan selamat, tidak masuk neraka?
Menurut pandangan Syihab Al-Khafaji dalam Kitab Nasamur Riyadl bahwa satu golongan yang dinyatakan selamat dan beliau sebut Jama’ah’ itu adalah Ahlussunnah Waljama’ah. Lalu siapakah Ahlussunnah Waljama’ah itu?
Menurut Al-Hasyiyah Asy-Syanwani Ahlussunnah Waljama’ah adalah pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan pengikut imam empat madzhab (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali).
B. Sejarah Terbentuknya Firqoh-Firqoh Dalam Islam
Sesudah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, sebagian sahabat membaiat Ali menjadi Khalifah. Hal ini dikarenakan Ali adalah salah satu dari enam calon yang ditunjuk oleh Khalifah Umar sebelum wafat dan memperoleh suara yang sama dengan Utsman. Sayangnya, orang orang yang terlibat dalam pembunuhan Utsman juga ikut berbaiat terhadap kekhalifahan Ali.
Hal ini menimbulkan fitnah di kalangan sebagian sahabat. Apalagi sebagian sahabat menghendaki para pelaku pembunuhan Khalifah Utsman diadili dahulu sebelum pembaiatan khalifah yang baru. Legitimasi kekhalifahan Ali tidak mencapai seratus persen dari umat Islam saat itu.
Hal ini digunakan oleh orang-orang yang tidak menginginkan persatuan umat Islam untuk memecah belah umat hingga terjadi Perang Jamal (perang unta). Perang Jamal adalah perang antara Sayyidina Ali karramallahu wajhah dengan Sayyidatina Aisyah ummul mukminin radliyallahu ‘anha.
Disebut dengan perang Jamal karena Aisyah mengendarai Unta. Selain perang Jamal, ada pula Perang Siffin. Perang Siffin adalah perang antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Mu’awiyyah.
Dalam Perang Siffin tersebut pasukan Ali hampir memenangkan peperangan. Akan tetapi, atas ide Amr bin Ash, pasukan Mu’awiyah kemudian mengajak melakukan tahkim (damai) dengan mengangkat mushaf.
Atas desakan para qurra’, Khalifah Ali menyetujui tahkim tersebut. Lalu dilakukanlah pembicaraan oleh kedua pihak. Pihak Mu’awiyah diwakili oleh Amr bin Ash sedangkan pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari.
Hasil dari pembicaraan dari kedua kubu tersebut adalah peletakan jabatan dari masing-masing pihak, baik Ali maupun Mu’awiyah. Keduanya pun sepakat untuk mengumumkan hasil pembicaraan tersebut kepada publik.
Amr bin Ash mempersilakan Abu Musa Al Asy’ari untuk berbicara terlebih dahulu dengan alasan Abu Musa Al Asy’ari lebih tua darinya. Sebagai seorang yang bertakwa dan konsisten terhadap perjanjian, Abu Musa mengumumkan peletakan kedudukan Khalifah yang dipegang oleh Ali.
Ketika Amr bin Ash mendapat giliran untuk mengumumkan hasil pembicaraan, ternyata ia mengatakan yang berbeda dari kesepakatan. Karena Ali meletakkan jabatan, maka Muawiyahlah yang naik jabatan.
Tentu hal ini sangat merugikan pihak Ali. Ali pun enggan melepaskan kedudukannya hingga terbunuh. Tahkim Shiffin ini menimbulkan kekecewaan besar di pihak Ali. Bahkan sebagian pengikut Ali keluar dari barisan Ali. Merekalah yang disebut Khawarij.
Menurut Khawarij, baik Muawiyah maupun Ali keduanya bersalah. Muawiyah dianggap merampas kedudukan Khalifah yang dimiliki Ali sedangkan Ali bersalah karena menyetujui tahkim padahal dia di pihak yang benar.
Golongan yang kedua adalah golongan Syi’ah. Golongan syi’ah adalah golongan pendukung Ali. Dan golongan yang ketiga adalah golongan Jumhur. Dari sinilah Islam pecah menjadi banyak sekte.
C. Asal-Usul Ahlussunnah Waljamaah
Berbagai macam aliran pemikiran muncul di kalangan umat Islam. Syi’ah (aliran ini juga terpecah menjadi banyak seperti Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah, Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, dan sebagainya), Khawarij, Muktazilah, Murji’ah, dan sebagainya.
Pada akhir abad III H bertepatan dengan masa berkuasanya Al Mutawakkil, muncul dua orang tokoh yang menonjol waktu itu, yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari (260 H - + 330H) di Bashrah dan Abu Manshur Al-Maturidi di Samarkand.
Meskipun pada taraf tertentu pemikiran kedua tokoh ini sedikit ditemukan perbedaan, namun mereka secara bersama-sama bersatu dalam membendung kuatnya gerakan hegemoni Muktazilah yang dilancarkan para tokoh Muktazilah dan pengikutnya.
Dari kedua pemikir ini selanjutnya lahir kecenderungan baru yang mewarnai pemikiran umat Islam waktu itu. Bahkan, hal itu menjadi mainstream (arus utama) pemikiran-pemikiran di dunia Islam yang kemudian mengkristal menjadi sebuah gelombang pemikiran keagamaan sering dinisbatkan pada sebutan Ahlussunnah Waljama’ah yang kemudian populer dengan sebutan Aswaja.
Hal ini bukan berarti Ahlussunnah Waljama’ah baru ada sesudah Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Pada hakikatnya Ahlussunnah Waljama’ah sudah ada sebelumnya. Terbukti golongan ini dalam hal fikih berkiblat kepada salah satu dari keempat imam madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali).
Semoga artikel
Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah (Aswaja) ini dapat membantu memahami tentang pengertian Ahlussunnah Waljama'ah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Aswaja lainnya. Semoga bermanfaat bagi pendidik, pelajar, dan masyarakat umum.